PADANG, METRO–Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Padang menggelar rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara tingkat Kota Padang dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat serta pemilihan walikota dan wakil walikota Padang, di Truntum Hotel, Kota Padang.
Dalam rapat pleno terbuka yang dilakukan KPU Kota Padang, Dorri mengatakan, tugas KPU dalam rekapitulasi hanya mentabulasi hasil perolehan suara para paslon dari masing-masing Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK).
“Apabila ada yang merasa keberatan terhadap hasil rekapitulasi, maka calon bisa mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi tiga hari setelah penetapan,” jelas Dorri, Jumat (6/12).
Rapat pleno yang diselenggarakan KPU Kota Padang, juga turut menghadirkan semua komisioner KPU Kota Padang, saksi dari masing-masing paslon Kepala Daerah, PPK dari 11 Kecamatan, Bawaslu, Polres, insan pers dan undangan lainnya.
Dari hasil pembacaan rapat pleno yang diselenggarakan KPU Kota Padang tersebut, pasangan calon (paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Padang, nomor urut 1, Fadly Amran-Maigus Nasir ditetapkan sebagai pemenang dalam pilkada Kota Padang 2024.
Dengan begitu, langkah Fadly-Maigus menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Padang terpilih tinggal menunggu hari pelantikan.
Kepastian menangnya Fadly-Maigus setelah Komisioner KPU Kota Padang, Arianto menyampaikan hasil perolehan suara pemilu wali kota dan wakil wali kota dalam rapat pleno rekapitulasi perolehan hasil perolehan suara pilwako di Padang.
“Untuk hasil perolehan suara pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Padang, untuk paslon nomor urut 1. Fadly-Maigus meraih 176.684 suara (55,2 persen), paslon nomor urut 2. M Iqbal-Amasrul 54.685 suara (17,1 persen) dan paslon nomor urut 3. Hendri Septa-Hidayat 88.859 suara (27,8 persen),” ungkap Arianto.
Lanjutnya, data pemilih pada DPT pilkada 2024 ini sebanyak 665.126 pemilih, dengan tingkat partisipasi pemilih mencapai 49,1 persen.
Sementara itu, Ketua KPU Padang, Dorri Putra mengakui, tingkat partisipasi pemilih pada pilkada 2024 ini menurun jauh dibandingkan pemilu Februari 2024 lalu.
“Di pemilu itu, jumlah partisipasi pemilih sekitar 70 persen lebih, sedangkan di pilkada serentak ini sebanyak 49, persen,” ucap Dorri.
Tanya apa penyebab jauhnya turunnya partisipasi kali ini? Dorri menjawab, menyimpannya pun belum bisa menentukan.
“Tapi kami tidak menafikan kondisi yang terjadi, harapan awalnya mau menyamai hasil partisipasi pemilih dengan pemilu kemarin. Karena ada beberapa faktor yang mungkin menjadikan adanya penurunan partisipasi pemilih ini,” ucap Dorri.
Dia menerangkan bila memikirkan masih mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan partisipasi itu menurun.
Tentu hal tersebut jadi evaluasi bagi seluruh pihak, baik bagi akademisi, KPU RI dan jajarannya di daerah, Bawaslu RI dan jajarannya, bagaimana pola yang bisa dijadikan contoh upaya peningkatan partisipasi pemilih ini,” kata Dorri. (fer)