Ramadan Penuh Warna, Tradisi Unik Ramadan dari Berbagai Negara

1 week ago 34

PADANG, METRO–Bulan Ramadan bukan hanya bulan di mana seluruh umat Muslim beri­ba­dah dan berpuasa. Ada banyak kegiatan dan tradisi yang seringkali dilakukan untuk membuat suasana Ramadan menjadi meriah.

Di Indonesia, kita se­ringkali melakukan ber­bagai tradisi unik yang ha­nya ada saat Bulan Rama­dan tiba. Contohnya se­perti ngabuburit, berburu takjil, dan masih banyak lagi.

Namun, bagaimana de­ngan tradisi Ramadan di negara lain? Tentunya, setiap negara memiliki tradisi unik tersendiri untuk merayakan Bulan Ramadan. Dilansir dari Karam Foundation, berikut adalah tradisi unik Ramadan dari berbagai negara.

Mesir: menghiasi jalanan dengan lentera fanoos. Saat Bulan Ramadan tiba, masyarakat Mesir memeriahkannya dengan mela­kukan tradisi menghiasi jalanan dengan lentera fanoos. Lentera-lentera yang dipanjang melambangkan persatuan dan kegembiraan selama masa Rama­dan.

Tradisi ini dijalankan untuk memperingati masuknya Khalifah Fatimiyah Moaezz El-Din El-Allah sambil mendirikan Kota Kairo bersama pasukannya. Kejadian ini terjadi pada saat hari kelima Ramadan di tahun 358 Hijriah (969 masehi). Karena saat itu para pasukan tiba saat senja, para warga berbo­ndong-bondong keluar de­ngan lilin untuk membantu penerangan yang terbatas. Hal inilah yang nantinya akan menjadi cikal bakal penyalaan lentera fanoos di Mesir pada saat Bulan Ramadan.

Turki: Menabuhkan gen­dang saat sahur. Turki memiliki tradisi menabuh 20.000 gendang yang juga dikenal sebagai “davulcusu”. Di mana gendang-gendang ini nantinya akan diarak keliling untuk membangunkan umat Muslim saat sahur. Saat menabuhkan gendang, mereka juga akan mengenakan pakaian tradisional Ottoman seperti fez dan rompi.

Apalagi, pemerintah Turki juga memberikan kartu keanggotaan bagi para penabuh gendang sebagai bentuk penghargaan. Hal ini juga akan menjadi do­rongan bagi generasi muda a­gar mau meneruskan tradisi tersebut.

Uni Emirat Arab: Tradisi “Haq Al Laila”. Di Uni Emirat Arab, anak-anak akan merayakan tradisi bernama “Haq Al Laila”. Di mana tradisi ini akan dilaksanakan tanggal 13, 14, dan 15 saat Bulan Ramadan. Tradisi ini awalnya berasal dari Bahrain, di mana nantinya anak-anak akan berpakaian cerah dan berkeliling lingkungan rumah untuk meminta sekaligus mengumpulkan permen.

Saat berkeliling meminta permen, anak-anak juga akan menyanyikan lagu berjudul “Aaatona Allah Yutikom, Bait Makkah Yudikum” yang berarti, “Berikan kepada kami dan Allah akan membalasmu dan membantumu mengunjungi Bait Allah di Mekah”.

Maroko: Nafar membangunkan orang saat sa­hur. Di Maroko, ada sebuah tradisi membangunkan sa­hur yang cukup unik. Se­bab, orang-orang yang sedang sahur akan dibangunkan oleh seorang “nafar”. Nafar sendiri merupakan orang yang ditunjuk untuk berkeliling kota dan mengumumkan waktu sahur. Uniknya adalah seorang Nafar akan berkeliling kota sambil mengenakan pakai­an tradisional berupa gandora, sandal, dan topi.

Orang-orang yang dipilih menjadi Nafar biasanya dinilai dari kejujuran dan empatinya. Tradisi ini berakar dari kisah sahabat Nabi Muhammad yang ber­keliling saat fajar sambil menyanyikan doa-doa merdu.

Suriah: Tradisi “Midfa al Iftar”. Di Suriah ada sebuah tradisi bernama “Midfa al Iftar” yang selalu ada saat menjelang berbuka puasa. Tradisi ini diperkirakan berasal dari Mesir sejak 200 tahun yang lalu. Di mana saat itu, penguasa Ottoman Mesir bernama Khosh Qadam tidak sengaja menembakkan meriam baru saat matahari terbenam. Suara meriam itu bergema di seluruh Kairo dan disalahartikan oleh warga sipil sebagai tanda akhir puasa.

Tradisi ini kemudian diadopsi oleh negara lain, seperti Suriah dan Lebanon. Di mana orang-orang akan menembakkan meriam sebagai tanda berbuka puasa. Meskipun berawal dari ketidaksengajaan, namun tradisi ini menjadi sangat populer. (jpg)

Read Entire Article
Energi Alam | Padang | | |