Kembalikan Strategic Holding Semen Indonesia Group

4 days ago 16

Oleh: Verry Mulyadi SH (Sekretaris Komisi IV DPRD Sumbar/Ketua DPC Gerindra Kota Padang)

Holding BUMN PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau yang dikenal dengan Indonesian Joueney (InJourney) merupakan gabungan perusahaan BUMN pariwisata dan penerbangan yang digabungkan sejak 2021.

Dalam holding ini tergabung PT Angkasa Pura, PT Integrasi Aviaso Solusi, PT Hotel Indonesia Natour, PT Sarinah, PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko, serta PT Pengembangan Pariwisata Indonesia.

Saat dipimpin oleh Donny Oskaria, Holding InJourney menjadi perusahaan besar dengan capain kinerja mumpuni. Meskipun diawal terbentuknya, tahun buku 2022, rugi Rp 993 miliar, namun di tahun buku 2023 mencatat laba Rp 1,1 triliun atau naik 211 persen.

Kami melihat bahwa keberhasilan yang dicapai oleh InJourney tak lepas dari ke­pemimpinan Donny Oskaria yang berhasil menerapkan Strategic Holding kepada anak perusahaannya.

Disebuah kesempatan berdialog dengan Donny Oskaria, kebijakan Strategic Holding yang dijalankan membuat anak usaha menjadi tidak terkungkung dengankebijakan induk usaha. Anak usaha dibiarkan berakselerasi sesuai dengan koridor dana turan. Induk usaha tinggal melakukan controlling atas kinerja anak usaha dan memberikan ara­han serta masukan agar anak usaha terus berjalan stabil.

InJourney Patut Dijadikan Contoh

Pada dasarnya, embrio holding BUMN ini berasal dari Semen Indonesia Group (SIG). Gabungan perusahaan di bidang persemenan sudah membuat blue print sejaktahun 2004, namun baru efektif berjalan sejak 2010. Ketika itu, Dirut SIG dijabat Dwi Soejipto.

Holding BUMN SIG menyatukan PT Semen Padang, PT Semen Gresik dan PT Semen Tonasa. Kemudian langkah berikutnya mengakuisisi Than Long Cement Vietnam pada 2012 serta mengakuisi Holcim pada 2019.

Saya menilai kebijakan Strategic Holding yang dilakukan InJourney ini merujuk kepada SIG. Pasalnya sejak 7 Ja­nuari 2013, SIG bertransformasi menjadi Strategic Holding. Artinya SIG pernah menjalankan Strategic Holding dengan tingkat keberhasilan yang bagus.

Terbukti perusahaan meraup laba 5,3triliun di tahun 2013 tersebut. Pada 2014 laba me­ningkat menjadi 5,57 triliun. Kemudian 2015 turun menjadi 4,57 triliun dan 2016 menjadi Rp 4,01 triliun karena beban operasional meningkat saat proses pembangunanPabrik Rembang dan Indarung VI.

Awal mula bencana mulai terjadi ketika Menperin (saatitu) Airlangga Hartarto membuka kran pembangunan pa­brik semen baru, sehingga membuat persaingan industri semen nasional menjadi ramai dan ketat. Alhasil kebutuhan semen dalam negeri menjadi over supply danpemain pun meningkat menjadi 15 perusahaan.

Anehnya pada 2018 MenteriAirlangga menolak moratorium pembangunan pabrik semen baru. Alasannya pembangunan industry strategis seperti pabrik semen perlu dijaga keberlanjutannya karena membawa efek berganda bagi perekonomian daerah dan nasional. Padahal di tahun 2018 itu Total kapasitas produksi pabrik semen di Indonesia mencapai 100 juta ton per tahun, tetapi konsumsi hanya 60-68 juta ton.

Kebijakan Operating Holding Membuat Kinerja SIG Me­nurun

Saya tidak tahu persis, kapan saja kebijakan strategic holding berubah menjadi ope­rating holding. Namun kebijakan tersebut membuat kinerja SIG pun saya nilai menurun drastis. Klaim menguasai 50 persen lebih market share persemenan nasional hanya diatas kertas.

Read Entire Article
Energi Alam | Padang | | |