LIMAPULUHKOTA, METRO–Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) terus berupaya memperkuat ketahanan pangan dengan meningkatkan produktivitas sektor pertanian lewat program Sekolah Lapang DAUN “Dari nagari Untuk Negeri”.
Program yang sudah memasuki tahap keempat ini, tidak hanya diikuti kelompok tani dari berbagai kabupaten kota di Sumbar, tetapi juga mendatangkan petani-petani dari provinsi tetangga seperti Sumatra Utara (Sumut) dan Riau.
Pada Sekolah Lapang DAUN yang dilaksanakan di Nagari Tarantang, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Selasa (11/11) hingga Jumat (14/11), para petani diberikan pelatihan dan praktik langsung melakukan penanaman padi dengan metode Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT) yang dirancang untuk meningkatkan produksi dan menghemat biaya.
Kepala Perwakilan (Ka.Pw) Bank Indonesia (BI) Sumbar, Mohamad Abdul Majid Ikram mengatakan, tujuan utama diselenggarakannya Sekolah Lapang ini untuk meningkatkan pengetahuan bagi para petani di seluruh Sumbar tentang metode tanam padi MTOT.
“Hari ini dilaksanakan di Kabupaten Lima Puluh Kota. Pesertanya tidak hanya petani di sini, tapi petani dari berbagai kabupaten kota maupun provinsi tetangga kita undang untuk belajar. Metode tanam padi MTOT ditujukan meningkatkan produktivitas 10 hingga 20 persen,” kata Majid.
Menurut Majid, tanam padi dengan metode MTOT ini, selain meningkatkan produktivitas padi, juga sudah terbukti menghemat biaya pengolahan lahan, percepatan tanam, musim tanam dan menekan biaya tanam.
“Metode MTOT, pengolahan lahan menjadi lebih mudah. Petani tidak perlu lagi membajak sawah. Biaya lebih murah, dan hasilnya lebih banyak dan terhindar dari serangan hama,” jelasnya.
Majid menambahkan, selain meningkatkan produktivitas padi, pihaknya Ingin menerapkan teknologi organik untuk mengurangi polusi terhadap produk padi itu sendiri. Pada Sekolah Lapang ini, petani juga diajarkan untuk melakukan pengolahan pupuk dan pestisida berbasis limbah hijau yang ada di sekitar petani.
“Selanjutnya, yang menjadi konsen kita, ingin melahirkan petani-petani muda (petani millenial). Saat ini, para petani pada umumnya, umurnya sudah tua-tua. Makanya kita menggarap program ini untuk menantang anak-anak muda untuk bisa belajar dan menjadi petani. Alhamdulillah sekitar 70 persen petani yang belajar di sini anak muda yang usianya di bawah 50 tahun,” ungkap Majid.
Dikatakan Majid, dalam Sekolah Lapang ini, pihaknya sengaja menghadirkan guru utama yaitu petani perempuan yang sudah menerapkan MTOT sejak lama di Pesisir Selatan dan bisa memberikan bukti kepada para petani lainnya di Sumbar.
“Kita datangkan gurunya yang ilmunya ada, prakteknya juga dijalankan. Karena kebiasaan petani kita, belajar itu dari melihat dan merasakan. Makanya, nanti Ibu Yurnita ini kita minta mengajari para petani di Sumbar. Gimana cara nanamnya dan dibuktikan hasilnya dengan metode MTOT. Dengan begitu petani lebih mudah belajarnya,” tutur dia.
Selain itu, kata Majid, pada Sekolah Lapang Daun tahap keempat ini, pihaknya juga menghadirkan BMKG, untuk memberikan pemahaman kepada para petani tentang iklim dan cuaca untuk mencegah terjadinya penurunan produksi hasil pertanian.

3 days ago
11
































